Kepala Lingkungan 8, Enerjik dan Kreatif Membangun Lingkungan

Reporter: Rudi Hartono

Medan | Gerbang Indonesia – Muhammad Siddik Darma Syahputra, SE (31), seorang aparatur Pemerintahan terkecil di lingkungan kota Medan. Beliau seorang Kepala Lingkungan (Kepling) 8, kelurahan Rengas Pulau, kecamatan Medan Marelan kota Medan. Bertugas di lingkungan 8 mulai awal Agustus 2021.

Latar belakang Putra mengikuti pemilihan Kepling ini karena Kepling yang lama sudah meninggal dunia sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan di lingkungan. Sementara urusan warga dalam hal administrasi dan keluhan lainnya tidak terakomodasi dengan baik karena tidak ada “penyambung lidah” warga mengatasi permasalahan untuk disampaikan di kelurahan. Sebelum menjabat Kepling, di rumahnya juga merupakan tempat praktik terapis seperti bekam dan pengobatan lainnya secara herbal. Bahkan Putra juga memproduksi beberapa obat herbal kesehatan dan obat herbal untuk makanan hewan peliharaan.

Kepedulian kepada warga sekitar tidak diragukan lagi karena beliau sering menggratiskan pengobatan bagi warga yang tidak mampu. Padahal beliau seorang terapis yang cukup disegani di wilayah Medan Utara. Lain lagi sebagai tokoh pemuda setempat yang selalu aktif terhadap kegiatan lingkungan didaerahnya. Begitu juga, Putra termasuk dalam kepengurusan majelis pengajian dan organisasi massa dilingkungannya.

Atas saran para pemuka lingkungan dan tokoh agama setempat, mulailah Putra mengumpulkan dukungan warga yang diisyaratkan walikota Medan, Bobby Nasution sebanyak minimal 30% dari jumlah kepala keluarga di lingkungan. Jadi, motivasi dasar Putra adalah rasa peduli dengan nasib warga. Alhamdulillah, niat baiknya sesuai dengan hasil dengan berbagai dukungan warga malah mampu mendekati 35 % warga dari berjumlah 330 KK, atau sekitar 116 KK. Jumlah warga yang mendiami lingkungan sekitar 1300 warga.

Setelah resmi dilantik Camat Medan Marelan, mulailah Putra mengantongi aspirasi warga untuk membenahi beberapa kekurangan setelah kekosongan kepemimpinan selama kurun waktu beberapa minggu paska meninggalnya Kepling terdahulu. Semua aspirasi warga mulai dari perbaikan gang-gang, penyelesaian pertikaian antar warga tentang tanah sengketa, kasus pencurian dan pembongkaran rumah oleh maling bahkan pertengkaran rumah tangga warganya.

Dengan telaten dan sabar, beliau mendengarkan keluhan dan keperluan warganya dalam urusan pemerintahan di kelurahan. Ada yang puas dengan pelayanannya, tapi tidak sedikit pula yang merasa kurang terlayani. Abdul Karim, warga di salah-satu gang di lingkungan 8, merasa senang atas pelayanan dan pendekatan Kepling ke warga. Hampir 5 orang dari gang yang berbeda ketika ditanya tentang kinerja Kepling baru ini, menyatakan; “Kami sangat merasa terlayani dan urusan kami terhadap pemerintahan terutama dalam hal administrasi kependudukan tidak bertele-tele orangnya ramah dan pengertian”.

Saniah (36), merasa kurang sreg dengan pelayanan Kepling karena keberpihakan Kepling terhadap orang yang bersengketa pada dirinya ketika dalam mengurus sengketa warisan.

Perubahan pola keseharian yang biasanya sebagai warga dan sekarang menjadi kepalanya warga, mengakibatkan Putra harus beradaptasi dengan keadaan. Begitu juga sang istri, yang otomatis jadi kader penggerak PKK, harus bisa membagi waktu antara urusan keluarga dan urusan pemerintahan seperti suaminya. Lain lagi keluhan dan permohonan warga dalam mengurus keperluan pemerintahan yang terkadang tidak memandang waktu.

Hal ini disikapi dengan bijak, mengingat dari awal sudah komitmen mengoptimalkan segala kemampuan untuk melayani warga yang membutuhkan layanan. Prestasi yang terbaik yang dicapai walau masih seumur jagung adalah terpilih sebagai lingkungan terbersih dan terbaik ke 5 dari 88 lingkungan yang masuk kategori bersih di kecamatan Medan Marelan.

Prestasi ini semakin memacu semangat Putra untuk lebih meningkatkan pelayanan yang lebih optimal. Putra mengharapkan, ke depan komunikasi dua arah antara Kepling dan atasannya di pemerintahan dapat berjalan efektif. Mengingat belum dapatnya sinkronisasi pembahasan antara program pemerintah yang digalakkan pemko Medan untuk menciptakan “kelurahan mandiri”.

Pola kerja dan pola pikir atasan beliau terkadang “masih” belum menyentuh substansi persoalan, sehingga program “Saka Sanwira” (Satu Kelurahan Sentra Wirausaha), yang laiknya menjadi barometer keberhasilan kelurahan perlu direstrukturisasi, baik penjabaran program, sistem dan eksekusi penyelesaian untuk memberdayakan UMKM di Kelurahan Rengas Pulau khususnya dan Medan Marelan umumnya. Masing-masing pihak (pengusaha/pelaku UMKM, pemerintahan Kelurahan, para kepala lingkungan di Rengas Pulau, tim penggerak PKK, pemerintahan Kecamatan) belum menemukan formula yang tepat bersinergi.

“Kerancuan tupoksi sebagai Kepling dan tanggung jawab terhadap suksesnya Saka Sanwira, sangat menyita waktu dan belum ada solusi jitu antara pelayanan untuk warga lingkungan dengan pelayanan sentra industri pengusaha kecil di wilayah kelurahan. Belum lagi tanggungjawab dalam hal pelaksanaan kebersihan lingkungan dan pembinaan bagi warga yang punya kebiasaan buruk dalam membuang sampah. Besar harapan saya selaku Kepling, janganlah tanggungjawab memajukan Saka Sanwira ini dibebankan secara moril sebagai eksekutor sementara domain program itu untuk 35 Kepling yang ada di kelurahan Rengas Pulau, Medan Marelan, kota Medan”, pungkasnya. (Rudi Hartono)